Teknik-Teknik Mendapatkan Umpan Balik II

C. Memanfaatkan Teknik Alat Bantu yang Akseptabel
Ada beberapa macam alat Bantu yang dapat diterima oleh siswa, agar mereka mudah memahami pelajaran diantaranya adalah:
•          Audio-Visual
Cara ini menyajikan contoh situasi nyata atau contoh situasi buatan dalam sajian tayangan hidup (film). Tentu saja, cara ini lebih mudah menjadi pengalaman belajar kalau sajian tayangan mengandung unsur cerita yang berkaitan dengan pengalaman dan imajinasi siswa. Pencapaian  kompetensi tentang sikap/attitude seperti pada mata pengajaran Kewarganegaraan dan Pendidikan Agama, akan sangat membantu kalau dikemas dalam suatu cerita tayangan hidup yang menyentuh dimensi emosi dan perasaan. Alat audio visual dapat membantu anak-anak belajar dengan menyajikan dalam bentuk yang kongkrit. Film, film strip, model-model, dan lain memepermudah pengertian tentang konsep dan proses tertentu. Pengalaman belajar berupa eksperimen dalam laboratorium bermanfaat sekali untuk memahami ide atau pengartian yang sulit. (Brooks, J.G. & Brooks, M.G. 1993: 9)
          Tak semua murid sanggup belajar dengan cara verbal yang abstrak. Alat audio-visual diperlukan untuk membantu mereka. Akan tetapi tak semua bahan harus disampaikan secara kongkrit. Kebanyakan pelajar dapat dan harus disampaikan secara verbal akan tetapi untuk bagian-bagian tertentu alat audio-visual atau alat intruksional pada umumnya sangat berguna untuk mempermudah dan mempercepat pemahaman bagi murid-murid tertentu.apa yang dikemukakan diatas merupakan usaha uantuk mempertinggi mutu mengajar agar murid-murid dapat memahami apa yang diajarkan tanpa komunikasi yang baik antara guru dan murid proses mengajar-belajar tidak akan berjalan dengan efektif. Sekalipun terdapat komunikasi yang baik masih dapat diharapkan bahwa selalu terdapat kekurang pahaman. Itu sebabnya perlu adanya evaluasi untuk membantu menemukan kekurangan atau kesalahan murid yang dinginkan sebagai “Feedbeck” atau umpan balik agar dapat membantu tiap anak secara individual untuk mengatasi kesulitan belajar dan memahami dengan mencari jalan-jalan lain yang lebih sesuai bagi mereka, tersedia berbagai alat intruksional membuka jalan bagi guru untuk mencari metode-metode lain untuk membantu murid-muridnya.
            Dengan demikian guru maupun murid tak perlu lekas putus asa atau jengkel bila dengan metode tertentu tidak tercapai keberhasilan yang harapkan dan jika tidak berhasil menurut cara tertentu masih banyak bagian-bagian lain yang tersedia, bahkan dapat di cari cara-cara baru. Membantu murid bearti memberikan kesanggupan menolong diri sendiri mengatasi kesulitannya sendiri serta kemampuan untuk belajar sendiri. Karena itu guru senantiasa membantu murid untuk mengenal proses belajar, cara belajar atau belajar yang membawanya kepada penguasaan bahan sampai taraf yang setinggi-tingginya. Dengan demikian perkembangan akan menjadi “self propelling growth” yaitu berkembang atas dorongan dan kemauan sendiri yang kita harapkan akan berlangsung sepanjang hidup. (Nazulia, 1982: 43)
•         Visualisasi Verbal
            Cara ini banyak berkaitan dengan membaca buku pelajaran, buku sumber, ensiklopedia, lembar kegiatan/lembar kerja, carta, grafik, table. Pada beberapa buku biasanya tidak hanya menyajikan uraian teks, tetapi juga dilengkapi dengan beragam ilustrasi (gambar). Dengan demikian, siswa yang memiliki daya abstraksi lemah dapat terbantu dengan keberadaan ilustrasi/gambar tersebut.
•         Audio Verbal
Guru terbiasa menggunakan cara audio-verbal dalam bentuk ceramah. Pada keadaan ini, siswa senantiasa diam-pasif sambil mendengarkan penjelasan guru. Kekurangan atau kelemahan cara ini adalah ada sebagian siswa tidak mudah untuk menyamakan informasi yang diceramahkan guru dengan pengetahuan awal siswa. Kalau keadaan ini berkelanjutan, peristiwa belajar cenderung tidak berlangsung. Untuk mengatasinya, guru harus mengurangi cara ini, atau kalau terpaksa perlu berceramah cukup antara 20 – 25 menit saja dan diselingi dengan kegiatan yang mendorong Lihat – Raba – Bau – Rasa. Materi yang diceramahkan pun perlu kontekstual dengan pengalaman sebagian besar siswa. ( Harlen, W.  1987: 12)
•         Buku pelajaran, tak semua sama baiknya, hendaknya ada beberapa buku yang harus dimiliki dalam satu pelajaran karena dalam buku yang satu mungkin lebih jelas dan mudah dipahami dalam  buku yang lain.
•         Buku kerja, di samping buku pelajaran ada buku kerja untuk membantu murid mengenang dan mengelolah buah pikiran pokok dari buku pelajaran.
•         Media cetak, seperti buku, modul dan lain-lain. (Nazulia, 1982: 45)
Dalam mengelola kegiatan pembelajaran, guru perlu merencanakan tugas dan alat belajar yang menantang, pemberian umpan balik, dan penyediaan program penilaian yang memungkinkan semua siswa mampu ‘unjuk kemampuan/ mendemonstrasikan kinerja (performance)’ sebagai hasil belajar. Inti dari penyediaan tugas menantang ini adalah penyediaan seperangkat pertanyaan yang mendorong siswa bernalar atau melakukan kegiatan ilmiah. Para ahli menyebutkan jenis pertanyaan ini sebagai ‘pertanyaan produktif’. Karena itu, dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran ini guru perlu memiliki kemampuan merancang pertanyaan produktif dan mampu menyajikan pertanyaan sehingga memungkinkan semua siswa terlibat baik secara mental maupun secara fisik.
Dengan demikian, sedikitnya ada tiga hal strategis yang perlu dikuasai guru dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran yaitu, penyediaan pertanyaan yang mendorong berpikir dan berproduksi, penyediaan umpan balik yang bermakna, dan penyediaan penilaian yang memberi peluang semua siswa mampu melakukan unjuk-perbuatan.
•    Penyediaan Pertanyaan yang Mendorong Siswa Berpikir dan Berproduksi
 Alat mengajar yang paling murah tetapi ampuh adalah bertanya. Pertanyaan dapat membuat siswa berpikir. Apa tujuan Saudara sebagai guru bertanya kepada siswa?
Tujuan bertanya    Mengharap jawaban benar?   
 Seberapa besar kemungkinan siswa menjawab jika mereka tidak yakin jawabannya benar?
     Merangsang siswa berpikir dan berbuat?    Akibatnya siswa sering tak berani menjawab pertanyaan guru sekalipun jawabannya mudah
 jika salah satu tujuan mengajar adalah mengembangkan potensi siswa untuk berpikir, maka tujuan bertanya hendaknya lebih pada ‘merangsang siswa berpikir’. Merangsang berpikir dalam arti ‘merangsang siswa menggunakan gagasan sendiri dalam menjawabnya’ bukan mengulangi gagasan yang sudah dikemukakan guru. Kategori pertanyaan yang termasuk jenis pertanyaan ini antara lain pertanyaan produktif, terbuka, dan imajinatif. Pertanyaan ini dapat digunakan untuk tujuan merangsang siswa berpikir.
Pertanyaan hendaknya dirumuskan sedemikian rupa sehingga siswa melakukan kegiatan meramal (prediksi), mengamati (observasi), menilai diri/ karya sendiri (introspeksi), atau menemukan pola/hubungan. Ada yang menyatakan ‘Jika Anda mengajukan pertanyaan yang baik, sungguh Anda telah mengajar secara baik’. Tujuan guru bertanya hendaknya tidak sekedar, bahkan mungkin harus dihindari, mengharapkan jawaban benar, tetapi lebih untuk merangsang siswa berpikir dan berbuat. Mengharapkan jawaban benar hanya akan membuat siswa tidak berani menjawab jika mereka tidak merasa yakin bahwa jawabannya benar. Berikut kategori pertanyaan beserta contohnya yang diperkirakan dapat merangsang siswa berpikir.
 
D. Menggunakan Metode yang Bervariasi
            Dengan cara mengajar yang biasa guru tidak akan mencapai penguasaan tuntas oleh murid. Usaha guru itu harus di Bantu dengan mengunakan bantuan seperti “feedback” atau umpan balik yang terperinci kepada guru maupun murid, sumber dan metode-metode pengajaran tamabahan di mana saja diperlukan usaha tambahan itu dimaksud untuk memperbaiki mutu pengajaran dan meningkatkan kemampuan anak memahami apa yang diajarkan dan dengan demikian mengurangi jumlah waktu untuk menguasai bahan pelajaran sepenuhnya.
            Feedback atau umpan balik diberikan melalui test-test formatif. Mula-mula bahan pelajaran dibagi dalam satuan-satuan pelajaran. Suatu satuan pelajaran misalnya meliputi bahan pelajaran satu bab atau buku yang dapat dikuasai dalam waktu satu atau dua minggu. Test formatif itu bersifat diagnostik dan serentak menunjukan kemajuan atau keberhasilan anak.
            Test formatif ini bermacam-macam fungsinya:
1.    test formatif mempercepat anak belajar dan memberikan motivasi untuk bekerja dengan sungguh-dungguh dalam waktu secukupnya. Test formatif itu menjamin bahwa tugas pelajaran tertentu di kuasai sepenuhnya sebelum beralih kepada tugas berikutnya.
2.    test formatif di berikan untuk menjamin bahwa semua anak menguasai sepenuhnya syarat-syarat atau bahan apersepsi yang diperlukan untuk memahami bahan pelajaran yang baru. Pada tarap permulaan pelajaran baru test formatif lebih sering diberikan untuk menjamin penguasaan bahan yang diperlukan untuk memahami pelajaran itu selanjutnya. Pada akhir tiap satu pelajaran, test formatif merupakan alat Bantu untuk menjamin penguasaan atas bahan itu secara tertentu.
3.    test formatif juga berguna bagi mereka yang telah memiliki bahan apresepsi yang diperlukan untuk memberi rasa kepastian atas penguasaannya, dengan demikian ia mempunyai rasa percaya akan diri sendiri yang lebih terutama untuk menghadapi pelajaran selanjutnya.
4.    bagaimana murid yang masih kurang menguasai bahan pelajaran test formatif merupakan alat untuk meningkatkan di mana sebetulnya letak kesulitannya. Jadi test formatif adalah alat untuk mendiagnosisi kelemahan, kesulitan dan kekurangan murid, sehingga ia dapat memperbaikinya, disamping menunjukan kekurangan murid perlu pula diberikan petunjuk bagaimana caranya ia dapat memperbaikinya.
5.    test formatif sebaiknya jangan disertai oleh angka. Tujuan yang harus di capai adalah penguasaan penuh. Test formatif dimaksudkan sebagai alat “assessment” yaitu memperoleh keterangan dengan maksud perbaikan, karena itu test formatif merupakan bagian yang integral dari proses belajar. Penguasaan tuntas tidak mungkin tanpa test formatif.
6.       test formatif juga memberikan umpan balik pada guru, ia mengetahui dimana terdapat kelemahan-kelemahan dalam metodenya mengajar sehingga ia dapat memperbaikinya atau mencari metode lain  (Nazulia, 1982: 47-49)
            Banyak sekali metode-metode yang dapat digunakan dalam menimbulkan feedback antara lain:
1.    Belajar kelompok, belajar atau saling membantu dalam pelajaran. Murid sering lebih  paham akan apa yang disampaikan oleh temannya, dari pada guru, biasa cara belajar yang digunakan oleh murid lebih mudah ditangkap oleh murid lain. Maka memanfaatkan batuan murid dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran.
2.    Bantuan tutor, yaitu orang yang dapat membantu murid secara individual. Sebaiknya orang itu jangan gurunya sendiri sehingga ia dapt memberi bantuan dengan cara yang lain dari pada guru itu. Hendaknya di usahakan agar murid selekas mungkin dapat membebaskan diri dari bantuan tutor. Jadi tutor harus mendidik anak agar dapat belajar sendiri.
3.    Pelajaran beprogram, ini juga merupakan bantuan agar murid menguasai bahan pelajaran melalui langkah-langkah pendek, tanpa bantuan guru pelajar akan mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran. (Syaipul Bahri Djamarah, 2002: 25)
Secara singkat dan umum, metode serimg dipahami sebagai cara atau jalan yang ditempuh seseorang dalam melakuan suatu kegiatan. Berkaitan dengan psikologi belajar, termasuk psikologi pembelajaran Pendidikan Agama Islam, metode-metode tertentu untuk memgumpulkan berbagai data dan informasi penting yang bersifat psikologis dan berkaitan dengan kegiatan proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, termasuk proses pembelajaran pendidikan agama Islam, sangat banyak  data psikologis. Data itu bisa dikumpulkn dengan berbagai cara.
         Riset-riset psikologi berkenaan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, dapat memanfaatkan berbagai metode tertentu seperti:
•         Metode Eksperimen
Pada prinsipnya, metode eksperimen merupakan serangkaian percobaan yang dilakukan eksperimenter di dalam laboratorium atau ruang tertentu lainnya. Teknik pelaksanaan metode eksperimen dengan menyesuaikan data yang akan diangkat, seperti data pendengaran siswa, penglihatan siswa dan gerak mata siswa ketika sedang membaca. Selain itu eksperimen dapat pula digunakan untuk mengukur kecepatan bereaksi seorang peserta didik terhadap stimulus tertentu dalam proses belajar.
Alat utama yang sering digunakan dalam eksperimen pada jurusan psikologi pendidikan atau fakultas psikologi di berbagai universitas terkemuka adalah computer dengan berbagai programnya, seperti program cognitive psychology test. Metode eksperimen bagi para psikolog, termasuk psikologi pendidikan, dianggap sebagai metode pilihan, artinya lebih utama untuk digunakan dalam berbagai riset.
•         Metode Kuesioner
Penggunaan metode kuesioner dalam riset-riset pendidikan termasuk pendidikan islam dan psikologi pembelajran Pendidikan Agama Islam, relative lebih menonjol apabila dibandingkan penggunaan metode-metode lainnya.
•         Metode Studi Kasus
Riset Psikologi Pembelajaran Pendidkan Agama Islam selain menggunakan metode studi kasus. Studi kasus (case study) dalam kakian psikologi merupakan sebuah metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh gambaran yang terperinci mengenai aspek-aspek psikologi seoarang siswa atau sekelompok siswa tertentu.
•         Metode Klinis
Metode klinis (clinical method) hanya digunakan oleh para ahli psikologi klinis atau psikiater. Dalam metode ini, terdapat prosedur diagnosis dan penggolongan penyakit kelainan jiwa serta cara-cara memberi perlakuan pemulihan (psychological treatment) terhadap kelainan jiwa tersebut.
Dalam pelaksanaan penggunaan metodeklinis, peneliti menyediakan benda-benda dan memberi tugas-tugas serta pertanyaan-petanyaan tertentu yang boleh diselesaikan oleh anak secara bebas menurut persepsi dan kehendaknya.selanjutnya, setelah data dari hasil penyelidikan pertama diangkat dan diberi perlakuan khusus, peneliti mengajukan lagi pertanyaan atau tugas tambahan untuk mendukung data yang dihimpun sebelumnya.
Yang perlu dicatat adalah metode klinis pada umumnya hanya diberlakukan untuk menyelidiki anak atau individu yang mengalami penyimpangan perilaku psikologi termasuk perilaku maladaptive behavior atau misbehavior.
Oleh karena itu, penggunaan sarana dan cara yang dikaitkan dengan metode eksperimen yang dilakukan dalam laboratorium, metode klinis juga mementingkan intensitas dan ketelitian yang sungguh-sungguh. Sasaran yang akan dicapai oleh peneliti dengan menggunakan meode klinis, terutama untuk memastikan sebab-sebab timbulnya ketidaknormalan perilaku seseorang siswa atau kelompok kecil siswa. Seterusnya, berdasarkan kepastian faktor penyebab itu, peneliti berupaya memilih dan menentukan cara mengatasi penyimpangan perilaku tersebut.
•         Metode Observasi Naturalistik
Metode obsevasi naturalistik merupakan jenis obsevasi yang dilakukan secara alamiah. Dalam hal ini, peneliti berada di luar objek yang diteliti atau ia tidak menampakkan diri sebagai orang yang melakukan penelitian. Awalnya, metode naturalistik lebih banyak digunakan oleh para ahli ilmu hewan untuk mempelajari perilaku hewan tertentu. Dalam perkembangan selanjutnya, metode observasi naturalistic digunakan oleh para psikolog perkembangan, psikolog kongnitif, an psikolog pendidikan.
Seorang peneliti atau guru yang menjai asistennya dapat mengaplikasikan metode ini lewat kegiatan belajar mengajar atau belajar mengajar dalam kelas-kelas regular, yakni kelas tata dan biasa, bukan kelas yang diadakan secara khusus. Selama proses belajar mengajar berlansung, jenis perilaku siswa diteliti, (misalnya kecepatan membaca), dicatat dalam lembaran format observasi yang khusus dirancang sesuai dengan data dan informasi yang akan dihimpun. (Hamalik, 1992:15)
Beberapa contoh keragaman pengalaman belajar yang mungkin dipilih guru untuk beberapa mata pelajaran meliputi antara lain;
1.    Menggubah syair lagu dan bernyanyi
2.    Melakukan Permainan
3.    Bermain peran
4.    Diskusi (bertanya, menjawab, berkomentar, mendengar penjelasan, menyanggah)
5.    Menggambar dan mengarang
6.    Menulis prosa, puisi, pantun, gurindam
7.    Membaca bermakna
8.    Menyimak untuk menangkap gagasan pokok
9.    Mengisi teka teki
10.    Mengajukan pertanyaan penelitian
11.    Mengajukan pendapat dengan alasan yang logis
12.    Mengomentari
13.    Bercerita
14.    Mendengarkan cerita
15.    Mengamati persamaan dan perbedaan untuk mencari ciri benda
16.    Mendengarkan penjelasan sambil membuat catatan penting
17.    Membuat rangkuman/ sinopsis
18.    Mendemonstrasikan hasil temuan
19.    Mencari pemecahan soal-soal Matematika
20.    Membuat soal cerita
21.    Mengukur panjang, berat, suhu
22.    Merencanakan dan melakukan percobaan
23.    Merencanakan dan melakukan penelitian sederhana
24.    Membuat buku harian
25.    Membuat kamus
26.    Melakukan simulasi dengan komputer
27.    Mengelompokkan sambil mengidentifikasi (mengenali ciri) benda
28.    Mengumpulkan dan mengoleksi benda dengan karakteristiknya
29.    Membuat komik
30.    Membuat ramalan dan berekstrapolasi
31.    Membuat grafik
32.    Membuat diagram
33.    Membuat charta atau grafik
34.    Membuat jurnal
35.    Menyiapkan dan melaksanakan pameran
36.    Menggunakan alat (alat ukur, alat potong, alat tulis)
37.    Praktek ibadah
38.    Praktek menjadi khatib/ pendeta
39.    Praktek berceramah
40.    Praktek budi pekerti
41.    Membuat poster
42.    Membuat model (seperti kotak, silinder, kubus, segitiga, lingkaran)
43.    Menata pajangan
44.    Menata buku perpustakaan
45.    Membuat daftar pertanyaan untuk wawancara
46.    Melakukan wawancara
47.    Membuat denah
48.    Membuat catatan hasil penjelasan/ hasil pengamatan
49.    Membaca kamus
50.    Mencari informasi dari ensiklopedia
51.    Melakukan musyawarah
52.    Mengunjungi dan menemukan alamat situs website
53.    Bernegosiasi
54.    Mendiskusikan wacana dari media cetak/ media elektronik
55.    Membuat cergam
56.    Membuat resensi buku
57.    Mengkritisi suatu artikel
58.    Mengkaji pola tulisan suatu artikel
59.    Menulis artikel ilmiah popular
60.    Membuat kamus
61.    Membuat ensiklopedia
62.    dapat ditambahkan sejumlah kegiatan lain yang mengerahkan keterampilan berpikir dan mengaplikasikan pengetahuan yang sudah diketahui. (Ibrahim, 2003: 23)
Kerja praktik selalu menjadi bagian penting dari pembelajaran beberapa mata pelajaran, khususnya mata pelajaran sains. Namun, kerja praktik tradisional pola-resep atau dengan selangkah demi selangkah bukanlah strategi belajar yang efektif.
Ada beberapa cara yang menjamin bahwa siswa-siswa secara aktif terlibat dalam kerja praktik mereka dan bahwa mereka belajar dari pengalaman itu. Cara–cara itu antara lain adalah;
1.    Satu strategi sederhana adalah memberi para siswa perintah-perintah dalam suatu susunan acak. Mereka diberitahu apa yang mereka coba temukan dan kemudian diminta untuk memisahkan perintah-perintah ke dalam susunan yang dapat dikerjakan sebelum mereka memulai eksperimen.
2.    Sebelum memulai eksperimen, mereka hendaklah diminta untuk meramalkan hasil-hasilnya. Pada waktu hasil-hasil sudah diperoleh, mereka diminta untuk memutuskan apakah hasil-hasil sesuai atau tidak dengan ramalan-ramalan mereka. Jika hasil-hasil sesuai dengan ramalan, maka mereka hendaklah menjelaskan mengapa mereka mengharapkan hasil-hasil itu. Jika hasil-hasil tidak sesuai dengan harapan, siswa hendaklah diminta untuk memikirkan-ulang metode eksperimen untuk memutuskan apakah ramalan yang salah atau terdapat kesalahan dalam cara pelaksanaan prosedur eksperimen.
3.    Mereka dapat diberi suatu kumpulan peralatan yang tepat dan suatu pertanyaan untuk diselidiki. Kelas dapat mendiskusikan jenis data yang perlu dikumpulkan. Kemudian, mereka merancang prosedur eksperimennya sendiri, mengumpulkan data dan selanjutnya menyusun suatu kesimpulan.
4.    Mereka dapat diberi pertanyaan penelitian eksperimen terbuka (tidak terbatas), yakni diberi hanya rincian topik yang sedang dibicarakan dan mungkin beberapa gagasan tentang beberapa aspek topik yang akan mereka selidiki. dalam kegiatan seperti itu, mereka perlu merumuskan hipotesis, merancang metode eksperimen, memilih peralatan yang tepat, mengumpulkan data, mengatur data dan menyusun suatu kesimpulan. (Soemanto Wasty, 2003: 43)
Kesimpulan
            Teknik-teknik mendapatkan umpan balik, bagaimana memancing  apersepsi anak didik, memanfaatkan teknik alat Bantu yang akseptabel, menggunakan metode yang bervariasi, saya dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa cara dan metode-metode untuk memancing apersepsi anak didik diantarnaya:  menggunakan suatu system aturan tertentu dalam menghadapi hal-hal atau prosedur tertentu, mencegah agar perilaku siswa yang salah tidak berketerusan, mengarahkan tindakan dengan disiplin secara tepat, memberikan tugas-tugas yang menarik minat siswa, terutama apabila mereka bekerja secara bebas, memberikan penghargaan dan ganjaran untuk memotivasi siswa, menggunakan kritik yang halus dalam mengomunikasikan harapan kepada siswa yang lebih pandai, menerima inisiatif siswa yang disampaikan melalui pertanyaan, bahasan, atau saran-saran.
            Memanfaatkan teknik alat Bantu yang akspektabel diantaranya: menggunakan alat-alat seperti audio-visual, visualisasi verbal, audio verbal, buku pelajaran, buku kerja, media cetak, dan lagi alat Bantu yang paling penting dan murah adalah pertanyaan. Dengan alat Bantu pertanyaan  kita akan lebih mudah memahami apakah anak didik memang benar-benar memahami apa yang kita ajarkan dengan baik.
            Menggunakan Metode yang bervariasi antara lain:   Menggubah syair lagu dan bernyanyi, melakukan Permainan, bermain peran, diskusi (bertanya, menjawab, berkomentar, mendengar penjelasan, menyanggah), menggambar dan mengarang, menulis prosa, puisi, pantun, gurindam, membaca bermakna, menyimak untuk menangkap gagasan pokok, mengisi teka-teki, mengajukan pertanyaan penelitian, mengajukan pendapat dengan alasan yang logis, mengomentari, bercerita, mendengarkan cerita, mengamati persamaan dan perbedaan untuk mencari ciri benda, mendengarkan penjelasan sambil membuat catatan penting, membuat rangkuman/ synopsis, mendemonstrasikan hasil temuan, mencari pemecahan soal-soal Matematika, membuat soal cerita, mengukur panjang, berat, suhu, merencanakan dan melakukan percobaan, dan  jika ini di hubungkan dengan pendidikan Islam, maka tentunya semuanya harus dilandasi nilai KeIslaman, yaitu dengan memberikan teladan yang baik dan menyelesaikan semua masalah dengan lemah-lembut dan bermusyawarah sesuai dengan tuntunan Agama Islam.

Daftar Pustaka
1.    Brooks, J.G. & Brooks, M.G., In Search of Understanding The Case for Constructivist Classrooms. USA: ASCD, 1993.
2.    Djamarah Bahri Syaipul, Strategi Belajar mengajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2002
3.    Hamalik, O, Psikologi Belajar dan Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 1992
4.    Harlen, W., Primary science … taking the plunge. London: Heinemann Educational Books Ltd, 1987
5.     Ibrahim, Perencanaan Pengajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 2003.
6.    Nazulia, Berbagai Pendekatan dalam Proses belajar dan mengajar, Bina Aksara, Jakarta, 1982.
7.    Roijakkers, Mengajar dengan Sukses, Grafindo, Jakarta, 1993.
8.    Surya, Psikologi Pembelajaran dan pengajran, Remadja Rosda Karya, bandung, 1997.
9.    Soemanto Wasty, Psikologi Pendidkan,Rineka Cipta, 2003.
10.    Tohirin, Psikologi Pembelajaran PAI, Rineka Cipta, Jakarta, 2005.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Teknik-Teknik Mendapatkan Umpan Balik II"

Post a Comment