Pesona Goa Kreo Semarang

Goa Kreo, Kera dan Sunan Kalijaga
Dari pusat Kota Semarang, atau tepatnya Simpang Lima, ambillah jalan menuju bundaran Kalibanteng. Sampai di lampu merah Kalibanteng, belok kiri. Kurang lebih 45 menit kemudian sampailah Anda di Goa Kreo. Kalau Anda menggunakan kendaraan umum, dari terminal Terboyo, pilih bis jurusan Gunungpati. Cukup naik bis satu kali saja. Sering-sering tengok ke kanan jalan, dan cari plang bertuliskan Goa Kreo.Tidak susah dicari Goa Kreo ini, berkendara lurus dan lurus saja.
Goa Kreo dibuka mulai pukul 08.00 hingga 18.00 WIB. Berlokasi di Dukuh Talun Kacang, Desa Kandri, Kecamatan Gunungpati. Jika anda berangkat dari arah Ungaran, Ibukota Kabupaten Semarang, Anda bisa melalui jalur pasar Gunungpati terlebih dahulu. Nah, dari sana mudah saja bertanya ke arah mana Desa Kandri. Semua orang Gunungpati tahu Goa Kreo.
Apa menariknya Goa Kreo?
Sebuah goa di pinggiran kota. Apa yang bisa Anda bayangkan? Di sini banyak kera. Jangan khawatir, semuanya jinak. Bermain-main dengan mereka pun mengasyikkan. Sebelum berkunjung ke sini, bawa kacang atau makanan kecil. Kera-kera berekor panjang ini pasti senang. Nah, ada goa, ada kera, bagaimana kira-kira pemandangan di sini? Seru!
Gunungpati berada di wilayah Semarang selatan. Dikenal sebagai wilayah Semarang atas karena topografinya yang lebih tinggi. Sebagian besar wilayah Gunungpati masih asri. Banyak pohon, udara jadi lebih sejuk dan segar disbanding wilayah Semarang kota.
Meski tak serindang dulu, Goa Kreo masih bisa disebut hijau. Apalagi, dari sini nampak pula hamparan sawah. Oya, ada sungai dan air terjun di sini! Letaknya persis di sebelah utara goa. Tapi, menuju air terjun ini Anda harus melalui tangga yang lumayan curam.
Meski tidak besar, Anda pasti puas main air di sini. Apalagi jika Anda datang ke sini siang hari. Segar! Mata air di air terjun ini terus mengucur, tak peduli kemarau. Saat kemarau debit air memang rendah, tapi jangan khawatir Anda masih bisa main air sepuasnya. Oya, satu lagi yang menarik dari Goa Kreo. Datanglah ke sini pada tanggal 3 bulan Syawal. Di sini rutin diadakan upacara Sesaji Rewanda.
Apa itu Sesaji Rewanda? Ini ritual tahunan. Acara dimulai dengan karnaval. Rombongan terdiri dari para santri pembwa tumpeng sesaji, orang-orang pembawa kayu jati, pembawa bunga manggar, pembawa umbul-umbul, pager ayu, pager bagus, dan penari Gado-gado Semarang.
Rombongan berjalan dari Masjid Al-Mabrur langsung menuju Goa Kreo. Sampai di Goa Kreo tumpeng sesaji diserahkan oleh juru kunci goa pada Rawenda (sesepuh dan leluhur baik yang masih hidup maupun sudah mati). Kemudian para santri membaca tahlil dan doa bersama, memohon keselamatan, panjang umur, panjang rejeki, dan dijauhkan dari segala bencana.
Di Sebelah Manakah Goanya?
Sampai di pintu masuk, Anda akan temui anak tangga. Telusuri anak tangga ini dan ikuti jalurnya. Lumayan membuat berkeringat dan membuat nafas sedikit tersengal. Tapi, seru! Tak berapa lama berjalan Anda akan sampai di sebuah bukit cadas yang sedikit terjal. Kemiringannya tidak ekstrim. Dan, di situlah Goa Kreo. Dari arah pintu masuk, goa ini ada di sebelah kiri. Tidak terlalu besar tapi muat dua atau tiga orang sekaligus. Jika ingin menyusuri goa ini, bawalah senter karena di dalam gelap.
Jika Anda sudah cukup puas melihat goa dari luar, tidak perlu masuk. Duduk-duduk saja di depan goa dan nikmati pemandangan dari sini. Di depan mulut goa sudah dibangun pelataran yang lumayan luas. Berdiri di sini tidak terasa menakutkan, meski posisi Anda sebenarnya ada di atas jurang.
Karena Goa Kreo merupakan salah satu tempat wisata favorit warga Semarang, maka tak heran tempat ini ramai dikunjungi saat liburan. Bagi Anda yang datang bersama anak-anak, mereka pasti kerasan di sini, karena pengelola menyediakan pula tempat bermain yang dilengkapi ayunan, papan luncur, dll.
Lelah berjalan dan merasa lapar? Di pintu masuk warung-warung berjajar, menyediakan makanan dan minuman. Tapi, akan lebih seru jika Anda membawa bekal dan makan di tepi sungai.

Sejarah Goa Kreo
Sekitar tahun 1401 Saka, Raden Patah, Raja pertama dari Kesultanan Demak mendirikan Masjid Agung Demak didirikan. Sunan Kalijaga, salah satu wali penyebar agama Islam di tanah Jawa, mendapat tugas mencari tiang penyangga masjid ini. Dan, sampailah ia di wilayah yang sekarang disebut Desa Kandri.
Di sini Sunan Kalijaga bertemu sekawanan kera. Apa yang terjadi kemudian? Sunan Kalijaga memerintah kera-kera tersebut mencari dan menjaga kayu-kayu jati yang ada di wilayah ini. Sang Sunan berkata “Mangreho,” yang artinya peliharalah atau jagalah.
Dari kata Mangreho inilah kemudian goa di Desa Kandri disebut Goa Kreo. Dan, hingga sekarang masih banyak kera di sekitar goa ini. Cerita lain menyebutkan sesampainya di sekitar goa, Sunan Kalijaga meminta bantuan pasukan gaib untuk menebang dan membantu membawa kayu-kayu jati ini ke Demak. Namun, pasukan ini hanya bisa membantu hingga matahari terbit.
Malangnya, belum sempat kayu-kayu ini dibawa ke Demak, warga di sekitar goa membunyikan lesung dan kentongan. Suara lesung dan kentongan ini dikira sebagai pertanda matahari akan segera terbit, maka menghilanglah pasukan gaib sang Sunan.
Sunan Kalijaga kesal. Ia menyumpah, “Wong Sedeng,” pada orang-orang yang membunyikan lesung dan kenthongan tadi. Wong Sedeng berarti orang gila dalam Bahasa Jawa. Lalu apa yang terjadi? Orang-orang itu berubah menjadi kera.
Sunan Kalijaga kembali ke Demak dengan tangan kosong. Kayu-kayu gelondongan yang tidak jadi dibawa pasukan gaib miliknya konon hingga kini masih terdapat di dasar sungai di jurang goa.
Sampai di Demak ia kumpulkan “tatal,” atau potongan kayu kecil-kecil, untuk dijadikan tiang. Entah bagaimana caranya tatal-tatal ia satukan menjadi sebuah tiang.

Di kawasan Goa Kreo Semarang ini sekarang sedang dibangun Waduk Jatibarang, yang Pembangunannya dimulai pada Oktober 2009 dengan waktu pelaksanaan selama 1.520 Hari dengan Sumber Dana dari Japan International Corporation Agency (JICA IP-534), berdasarkan data pada papan di lokasi pembangunan Waduk. Waduk Jatibarang ini berfungsi sebagai pengendali banjir di Kota Semarang, menjaga ketersediaan air minum, dan sebagai pembangkit tenaga listrik. Waduk Jatibarang ini akan memiliki luas 46,56 hektar.
Goa kreo ini kini berada di tengah tengah waduk Jatibarang dan dihubungkan dengan jembatan dari tepiannya.

sumber:berbagai sumber

Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "Pesona Goa Kreo Semarang"