A. Pendahuluan
Suatu realita sehari-hari, di dalam suatu ruang kelas ketika sesi Kegiatan belajar-mengajar (KBM) berlangsung, nampak beberapa atau sebagian besar siswa belum belajar sewaktu guru mengajar. Sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Juga, beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa baru mampu mempelajari (baca: menghafal) fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum dapat menggunakan dan menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari yang kontekstual. Ini terjadi karena, guru belum optimal memberdayakan ‘tambang emas’ potensi masing-masing siswa yang sering kali tersembunyi.
Kalau masalah ini dibiarkan dan berlanjut terus, lulusan sebagai generasi penerus bangsa akan sulit bersaing dengan lulusan dari negara-negara lain. Lulusan yang diperlukan tidak sekedar yang mampu mengingat dan memahami informasi tetapi juga yang mampu menerapkannya secara kontekstual melalui beragam kompetensi. Di era pembangunan yang berbasis ekonomi dan globalisasi sekarang ini diperlukan pengetahuan dan keanekaragaman keterampilan agar siswa mampu memberdayakan dirinya untuk menemukan, menafsirkan, menilai dan menggunakan informasi, serta melahirkan gagasan kreatif untuk menentukan sikap dalam pengambilan keputusan Buku Model Kegiatan Belajar-Mengajar (KBM) ini menyajikan sejumlah gagasan dan langkah profesional, mulai dari prinsip KBM, dilanjutkan dengan ciri KBM, Cara mengelola KBM, Cara menyediakan Pengalaman Belajar, Cara memilih strategi Pembelajaran, dan terakhir, cara mengelola kegiatan lintas kurikulum. Inti dari paparan materi ini adalah untuk mengembangkan kompetensi peserta didik secara optimal sesuai dengan potensi dan kebutuhan peserta didik, keadaan sekolah dan tuntutan kehidupan di masa depan. Informasi yang disajikan diharapkan dapat membantu guru untuk mengembangkan gagasan tentang penyediaan strategi mengajar yang mengacu pada pencapaian kompetensi individual masing-masing peserta didik. Kegiatan Belajar-Mengajar adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang memadukan secara sistematis dan berkesinambungan kegiatan pendidikan di dalam lingkungan sekolah dengan kegiatan pendidikan yang dilakukan di luar lingkungan sekolah dalam wujud penyediaan beragam pengalaman belajar untuk semua peserta didik. Ini berarti, diversifikasi kurikulum tidak terbatas pada diversifikasi materi, tetapi juga terjadi pada diversifikasi pengalaman belajar, diversifikasi tempat dan waktu belajar, diversifikasi alat belajar, diversifikasi bentuk organisasi kelas, dan diversifikasi cara penilaian. Pandangan ini memberikan dampak pada penyelenggaraan KBM. Bila selama ini KBM hanya ditandai kegiatan satu arah penuangan informasi dari guru ke siswa dan hanya dilaksanakan dan berlangsung di sekolah maka KBM dengan nuansa Kurikulum Berbasis Kompetensi diindikasikan dengan keterlibatan siswa secara aktif dalam membangun gagasan/ pengetahuan oleh masing-masing individu dan lazimnya dapat diselenggarakan di beberapa lokasi seperti di kelas, di lingkungan sekolah, di perpustakaan, di laboratorium, di pasar, di toko, di pantai, di tempat rekreasi, di kebun binatang, atau di tempat-tempat lain. Bila dibuat suatu ilustrasi tentang siswa, kegiatan belajar-mengajar (KBM), lulusan, kurikulum, dan lingkungan dalam sebuah sistem. (Brooks, J.G. & Brooks, M.G. 1993: 9-12)
Pada permasalahan ini ada salah satu teknik yang mendukung yaitu umpan balik yang mana umpan balik ini akan saya bahas, bagaiman teknik-teknik mendapatkan umpan balik, diantaranya dengan memancing apersepsi anak didik, memanfaatkan teknik alat bantu akseptabel, dan menggunakan metode yang bervariasi.
B. Memancing Apersepsi Anak Didik
Sebelum saya membahas masalah bagaimana cara memancing apersepsi anak didik, saya akan membahas masalah peranan guru, Peranan guru artinya keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru (Surya, 1997: 108). Guru mempunyai peranan yang amat luas, baik di sekolah, di dalam keluarga, dan di dalam masyarakat.
Disekolah guru berperan sebagai perancang atau perencana, pengelola pengajaran dan pengelola hasil pembelajaran siswa. Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai pengajar dan pendidik , yakni sebagai guru. Berdasarkan kedudukannya sebagai guru, ia harus menunjukkan perilaku yang layak (bisa dijadikan teladan oleh siswanya). Tuntutan masyarakat khususunya siswa dari guru dalam aspek etis, intelektual dan sosial lebih tinggi daripada yang dituntut dari orang dewasa lainnya. (Tohirin, 2005: 152).
Pengajar perlu mengetahui sejauh mana bahan yang telah dijelaskan dapat dimengerti oleh murid, karena dari sinilah tergantung apakah ia dapat melanjutkan pelajaran atau kuliahnya dengan bahan berikutnya. Bilamana murid belum mengerti bagian-bagian tertentu, pengajar haurs mengulangi lagi penjelasannya. Pada umumnya murid juga tidak tahu sejauh mana bahan yang diterangkan dapat mereka fahami. Hal ini kiranya dapat dimaklumi, karena mereka tidak mempunyai waktu untuk memikirkan pengetahuan yang baru saja mereka peroleh. Maka dari itu pengajar harus sedikit memaksa sehingga murid dapat mengerti betul-betul bahan yang diterangkan. Bagaimana hal tersebut dapat dilakukan? Ada berbagai cara untuk itu. Cara paling sederhana adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan selama atau pada akhir jam pelajaan. Dengan cara itu pengajar akan menemukan apa saja yang belum tersampaikan secara jelas.
Segala hal yang ternyata belum dimengerti secara jelas oleh pihak murid. Hendaknya dicatat dan diulangi lagi pada kesempatan berikutnya. Cara lain yang lebih baik dan akan memberi keterangan lebih pasti adalah mengadakan ujian singkat. Serupa dengan yang disebut kuis, di akhir jam pelajaran. Dengan ujian singkat itu murid dipaksa menuliskan. Sejauh mana bahan yang telah diterangkan dapat mereka mengerti. Sering kali cara demikian tidak mungkin terlaksana, karena memerlukan waktu cukup banyak. Namun kadang kala cara tersebut dapat sangat bermanfaat, karena itu salah satu cara memancing apersepasi anak didik.
Umpan balik tidak sama dengan penilaian. Umpan balik hanya dimaksudkan untuk mencari informasi sampai dimana murid mengerti bahan yang telah dibahas. Selain itu murid atau mahasisiwa juga diberi kesempatan untuk memeriksa diri sampai di mana mereka mengerti bahan tersebut. Sehingga mereka dapat melengkapi pengertian-pengertian yang belum lengkap.
Itulah tadi bentuk-bentuk umpan balik yang dimaksudkan untuk melihat. Sejauh mana suatu penjelasan dapat tersampaikan secara baik. Dan dari sini kiranya saya telah mengetahui bahwa ada berbagai macam bentuk umpan balik. Pilihan tentu saja paling tergantung pada pengajar yang bersangkutan sendiri. Hal yang paling penting adalah sejauh mana uraian yang diberikan dapat diterima secara jelas oleh murid. Pada umumnya pengajar kurang memikirkan perlunya mengadakan umpan balik seperti itu. Setelah seluruh kursus atau seluruh rangkaian pelajaran selesai diberikan. Terlihat pada waktu ujian bahwa murid belum mengerti secara baik bahan yang diajarkan. Dan itu berarti suatu keterlambatan. Sebaliknya, bilamana pengajar menyadari pentingnya umpan balik. Maka pengajaran yang ia berikan akan menjadi lebih efektif.
Jam pelajaran atau jam kuliah selanjutnya tidak mungkin diberikan kalau pengajar tidak tahu secara pasti hasil pelajaran sebelumnya. Pengajar dapat mengetahui hasil pelajaran sebelumnya dengan cara:
1. Lewat kesan yang diperoleh selama jam pelajaran itu sendiri
Lewat informasi sederhana dari pihak murid melalui pertanyaan-pertanyaan lisan yang diajukan oleh pengajar selama atau setelah jam pelajaran
Lewat informasi tertulis dari pihak murid yang diperoleh melalui ujian singkat
Mempelajari hasil tentamen atau ujian yang diadakan pada akhir kursus (di sini murid dinilai).
Tiga hal yang pertama berhubungan dengan umpan balik yang dilakukan terhadap tiap jam pelajaran atau jam kuliah. Kita sebut hal itu sebagai umpan balik pelajaran atau kuliah. Sedangakan hal yang keempat berhubungan dengan evaluasi pada akhir kursus. Maka kita sebut penilaian kursus.
Suatu realita sehari-hari, di dalam suatu ruang kelas ketika sesi Kegiatan belajar-mengajar (KBM) berlangsung, nampak beberapa atau sebagian besar siswa belum belajar sewaktu guru mengajar. Sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Juga, beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa baru mampu mempelajari (baca: menghafal) fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum dapat menggunakan dan menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari yang kontekstual. Ini terjadi karena, guru belum optimal memberdayakan ‘tambang emas’ potensi masing-masing siswa yang sering kali tersembunyi.
Kalau masalah ini dibiarkan dan berlanjut terus, lulusan sebagai generasi penerus bangsa akan sulit bersaing dengan lulusan dari negara-negara lain. Lulusan yang diperlukan tidak sekedar yang mampu mengingat dan memahami informasi tetapi juga yang mampu menerapkannya secara kontekstual melalui beragam kompetensi. Di era pembangunan yang berbasis ekonomi dan globalisasi sekarang ini diperlukan pengetahuan dan keanekaragaman keterampilan agar siswa mampu memberdayakan dirinya untuk menemukan, menafsirkan, menilai dan menggunakan informasi, serta melahirkan gagasan kreatif untuk menentukan sikap dalam pengambilan keputusan Buku Model Kegiatan Belajar-Mengajar (KBM) ini menyajikan sejumlah gagasan dan langkah profesional, mulai dari prinsip KBM, dilanjutkan dengan ciri KBM, Cara mengelola KBM, Cara menyediakan Pengalaman Belajar, Cara memilih strategi Pembelajaran, dan terakhir, cara mengelola kegiatan lintas kurikulum. Inti dari paparan materi ini adalah untuk mengembangkan kompetensi peserta didik secara optimal sesuai dengan potensi dan kebutuhan peserta didik, keadaan sekolah dan tuntutan kehidupan di masa depan. Informasi yang disajikan diharapkan dapat membantu guru untuk mengembangkan gagasan tentang penyediaan strategi mengajar yang mengacu pada pencapaian kompetensi individual masing-masing peserta didik. Kegiatan Belajar-Mengajar adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang memadukan secara sistematis dan berkesinambungan kegiatan pendidikan di dalam lingkungan sekolah dengan kegiatan pendidikan yang dilakukan di luar lingkungan sekolah dalam wujud penyediaan beragam pengalaman belajar untuk semua peserta didik. Ini berarti, diversifikasi kurikulum tidak terbatas pada diversifikasi materi, tetapi juga terjadi pada diversifikasi pengalaman belajar, diversifikasi tempat dan waktu belajar, diversifikasi alat belajar, diversifikasi bentuk organisasi kelas, dan diversifikasi cara penilaian. Pandangan ini memberikan dampak pada penyelenggaraan KBM. Bila selama ini KBM hanya ditandai kegiatan satu arah penuangan informasi dari guru ke siswa dan hanya dilaksanakan dan berlangsung di sekolah maka KBM dengan nuansa Kurikulum Berbasis Kompetensi diindikasikan dengan keterlibatan siswa secara aktif dalam membangun gagasan/ pengetahuan oleh masing-masing individu dan lazimnya dapat diselenggarakan di beberapa lokasi seperti di kelas, di lingkungan sekolah, di perpustakaan, di laboratorium, di pasar, di toko, di pantai, di tempat rekreasi, di kebun binatang, atau di tempat-tempat lain. Bila dibuat suatu ilustrasi tentang siswa, kegiatan belajar-mengajar (KBM), lulusan, kurikulum, dan lingkungan dalam sebuah sistem. (Brooks, J.G. & Brooks, M.G. 1993: 9-12)
Pada permasalahan ini ada salah satu teknik yang mendukung yaitu umpan balik yang mana umpan balik ini akan saya bahas, bagaiman teknik-teknik mendapatkan umpan balik, diantaranya dengan memancing apersepsi anak didik, memanfaatkan teknik alat bantu akseptabel, dan menggunakan metode yang bervariasi.
B. Memancing Apersepsi Anak Didik
Sebelum saya membahas masalah bagaimana cara memancing apersepsi anak didik, saya akan membahas masalah peranan guru, Peranan guru artinya keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru (Surya, 1997: 108). Guru mempunyai peranan yang amat luas, baik di sekolah, di dalam keluarga, dan di dalam masyarakat.
Disekolah guru berperan sebagai perancang atau perencana, pengelola pengajaran dan pengelola hasil pembelajaran siswa. Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai pengajar dan pendidik , yakni sebagai guru. Berdasarkan kedudukannya sebagai guru, ia harus menunjukkan perilaku yang layak (bisa dijadikan teladan oleh siswanya). Tuntutan masyarakat khususunya siswa dari guru dalam aspek etis, intelektual dan sosial lebih tinggi daripada yang dituntut dari orang dewasa lainnya. (Tohirin, 2005: 152).
Pengajar perlu mengetahui sejauh mana bahan yang telah dijelaskan dapat dimengerti oleh murid, karena dari sinilah tergantung apakah ia dapat melanjutkan pelajaran atau kuliahnya dengan bahan berikutnya. Bilamana murid belum mengerti bagian-bagian tertentu, pengajar haurs mengulangi lagi penjelasannya. Pada umumnya murid juga tidak tahu sejauh mana bahan yang diterangkan dapat mereka fahami. Hal ini kiranya dapat dimaklumi, karena mereka tidak mempunyai waktu untuk memikirkan pengetahuan yang baru saja mereka peroleh. Maka dari itu pengajar harus sedikit memaksa sehingga murid dapat mengerti betul-betul bahan yang diterangkan. Bagaimana hal tersebut dapat dilakukan? Ada berbagai cara untuk itu. Cara paling sederhana adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan selama atau pada akhir jam pelajaan. Dengan cara itu pengajar akan menemukan apa saja yang belum tersampaikan secara jelas.
Segala hal yang ternyata belum dimengerti secara jelas oleh pihak murid. Hendaknya dicatat dan diulangi lagi pada kesempatan berikutnya. Cara lain yang lebih baik dan akan memberi keterangan lebih pasti adalah mengadakan ujian singkat. Serupa dengan yang disebut kuis, di akhir jam pelajaran. Dengan ujian singkat itu murid dipaksa menuliskan. Sejauh mana bahan yang telah diterangkan dapat mereka mengerti. Sering kali cara demikian tidak mungkin terlaksana, karena memerlukan waktu cukup banyak. Namun kadang kala cara tersebut dapat sangat bermanfaat, karena itu salah satu cara memancing apersepasi anak didik.
Umpan balik tidak sama dengan penilaian. Umpan balik hanya dimaksudkan untuk mencari informasi sampai dimana murid mengerti bahan yang telah dibahas. Selain itu murid atau mahasisiwa juga diberi kesempatan untuk memeriksa diri sampai di mana mereka mengerti bahan tersebut. Sehingga mereka dapat melengkapi pengertian-pengertian yang belum lengkap.
Itulah tadi bentuk-bentuk umpan balik yang dimaksudkan untuk melihat. Sejauh mana suatu penjelasan dapat tersampaikan secara baik. Dan dari sini kiranya saya telah mengetahui bahwa ada berbagai macam bentuk umpan balik. Pilihan tentu saja paling tergantung pada pengajar yang bersangkutan sendiri. Hal yang paling penting adalah sejauh mana uraian yang diberikan dapat diterima secara jelas oleh murid. Pada umumnya pengajar kurang memikirkan perlunya mengadakan umpan balik seperti itu. Setelah seluruh kursus atau seluruh rangkaian pelajaran selesai diberikan. Terlihat pada waktu ujian bahwa murid belum mengerti secara baik bahan yang diajarkan. Dan itu berarti suatu keterlambatan. Sebaliknya, bilamana pengajar menyadari pentingnya umpan balik. Maka pengajaran yang ia berikan akan menjadi lebih efektif.
Jam pelajaran atau jam kuliah selanjutnya tidak mungkin diberikan kalau pengajar tidak tahu secara pasti hasil pelajaran sebelumnya. Pengajar dapat mengetahui hasil pelajaran sebelumnya dengan cara:
1. Lewat kesan yang diperoleh selama jam pelajaran itu sendiri
Lewat informasi sederhana dari pihak murid melalui pertanyaan-pertanyaan lisan yang diajukan oleh pengajar selama atau setelah jam pelajaran
Lewat informasi tertulis dari pihak murid yang diperoleh melalui ujian singkat
Mempelajari hasil tentamen atau ujian yang diadakan pada akhir kursus (di sini murid dinilai).
Tiga hal yang pertama berhubungan dengan umpan balik yang dilakukan terhadap tiap jam pelajaran atau jam kuliah. Kita sebut hal itu sebagai umpan balik pelajaran atau kuliah. Sedangakan hal yang keempat berhubungan dengan evaluasi pada akhir kursus. Maka kita sebut penilaian kursus.
Setiap umpan balik pengajaran menentukan isi pelajaran berikutnya, oleh karena itu jelas, bahwa umpan balik tidak hanya perlu bagi guru, tetapi bagi murid. (Rooijakkers,1993: 10-12)
Peserta didik adalah Sang Anak yang merupakan milik Sang Pencipta dan milik dirinya sendiri, keberhasilannya akan sangat tergantung dari pemanfaatan potensi yang dia miliki. Karenanya keaktifan peserta didik dalam menjalani proses belajar mengajar merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan.
Peserta didik akan aktif dalam kegiatan belajarnya bila ada motivasi, baik itu motivasi ekstrinsik maupun instrinsik. Beberapa hal yang dapat merangsang tumbuhnya motivasi belajar aktif pada diri peserta didik, antara lain :
a. Penampilan guru yang hangat dan menumbuhkan partisipasi positif
Sikap guru tampil hangat, bersemangat, penuh percaya diri dan antusias, serta dimulai dan pola pandang bahwa peserta didik adalah manusia-manusia cerdas berpotensi, merupakan faktor penting yang akan meningkatkan partisipasi aktif peserta didik. Segala bentuk penampilan guru akan membias mewarnai sikap para peserta didiknya. Bila tampilan guru sudah tidak bersemangat maka jangan harap akan tumbuh sikap aktif pada diri peserta didik. Karena itu hendaknya seorang guru dapat selalu menunjukkan keseriusannya terhadap pelaksanaan proses, serta dapat meyakinkan bahwa materi pelajaran serta kegiatan yang dilakukan merupakan hal yang sangat penting bagi peserta didik, sehingga akan tumbuh minat yang kuat pada diri para peserta didik yang bersangkutan.
b. Peserta didik mengetahui maksud dan tujuan pembelajaran
Bila peserta didik telah mengetahui tujuan dari pembelajaran yang sedang mereka ikuti, maka mereka akan terdorong untuk melaksanakan kegiatan tersebut secara aktif. Oleh karena itu pada setiap awal kegiatan guru berkewajiban memberi penjelasan kepada peserta didik tentang apa dan untuk apa materi pelajaran itu harus mereka pelajari serta apa keuntungan yang akan mereka peroleh. Selain itu hendaknya guru tidak lupa untuk mengadakan kesepakatan bersama dengan para peserta didiknya mengenai tata tertib belajar yang berlaku agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif.
c. Tersedia fasilitas, sumber belajar, dan lingkungan yang mendukung
Bila di dalam kegiatan pembelajaran telah tersedia fasilitas dan sumber belajar yang “menarik” dan “cukup” untuk mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar maka hal itu juga akan menumbuhkan semangat belajar peserta didik. Begitu pula halnya dengan faktor situasi dan kondisi lingkungan yang juga penting untuk diperhatikan, jangan sampai faktor itu memperlunak semangat dan keaktifan peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar.
d. Adanya prinsip pengakuan penuh atas pribadi setiap peserta didik
Agar kesadaran akan potensi, eksistensi, dan percaya diri pada diri peserta didik dapat terus tumbuh, maka guru berkewajiban menjaga situasi interaksi agar dapat berlangsung dengan berlandaskan prinsip pengakuan atas pribadi setiap individu. Sehingga kemampuan individu, pendapat atau gagasan, maupun keberadaannya perlu diperhatikan dan dihargai. Dan yang penting lagi guru hendaknya rajin memberikan apresiasi atau pujian bagi para peserta didik, antara lain dengan mengumumkan hasil prestasi, mengajak peserta didik yang lain memberikan selamat atau tepuk tangan, memajang hasil karyanya di kelas atau bentuk penghargaan lainnya.
e. Adanya konsistensi dalam penerapan aturan atau perlakuan oleh guru di dalam proses belajar mengajar.
Perlu diingat bahwa bila terjadi kesalahan dalam hal perlakuan oleh guru di dalam pengelolaan kelas pada waktu yang lalu maka hal itu berpengaruh negatif terhadap kegiatan selanjutnya. Penerapan peraturan yang tidak konsisten, tidak adil, atau kesalahan perlakuan yang lain akan menimbulkan kekecewaan dari para peserta didik, dan hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat keaktifan belajar peserta didik. Karena itu di dalam memberikan sanksi harus sesuai dengan ketentuannya, memberi nilai sesuai kriteria, dan memberi pujian tidak pilih kasih.
f. Adanya pemberian “penguatan” dalam proses belajar-mengajar.
Penguatan adalah pemberian respon dalam interaksi belajar-mengajar baik berupa pujian maupun sanksi. Pemberian penguatan ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan keaktifan belajar dan mencegah berulangnya kesalahan dari peserta didik. Penguatan yang sifatnya positif dapat dilakukan dengan kata-kata; bagus! baik!, betul!, hebat! Namun semua itu tidak disajikan dengan cara berpura-pura tetapi harus tulus dari nurani guru. Dan sebagainya, atau dapat juga dengan gerak; acungan jempol, tepuk tangan, menepuk-nepuk bahu, menjabat tangan dan lain-lain. Ada pula dengan cara memberi hadiah seperti hadiah buku, benda kenangan atau diberi hadiah khusus berupa; boleh pulang duluan atau pemberian perlakuan menyenangkan lainnya.
g. Jenis kegiatan Pembelajaran menarik atau menyenangkan dan menantang
Agar peserta didik dapat tetap aktif dalam mengikuti kegiatan atau melaksanakan tugas pemebelajaran perlu dipilih jenis kegiatan atau tugas yang sifatnya menarik atau menyenangkan bagi peserta didik di samping juga bersifat menantang. Pelaksanaan kegiatan hendaknya bervariasi, tidak selalu harus di dalam kelas, diberikan tugas yang dikerjakan di luar kelas seperti di perpustakaan, dan lain-lain. Penerapan model “belajar sambil bekerja” (learning by doing) sangat dianjurkan, di jenjang sekolah dasar antara lain dilakukan belajar sambil bernyanyi atau belajar sambil bermain. Untuk lebih mengaktifkan peserta didik secara merata dapat diterapkan pemberian tugas pembelajaran secara individu atau kelompok belajar (group learning) yang didukung adanya fasilitas/sumber belajar yang cukup. Sekiranya tersedia dianjurkan penggunaan media pembelajaran sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat lebih efektif.
h. Penilaian hasil belajar dilakukan serius, obyektif, teliti dan terbuka
Penilaian hasil belajar yang tidak serius akan sangat mengecewakan peserta didik, dan hal itu akan memperlemah semangat belajar. Karena itu, agar kegiatan penilaian ini dapat membangun semangat belajar para peserta didik maka hendaknya dilakukan serius, sesuai dengan ketentuannya, jangan sampai terjadi manipulasi, sehingga hasilnya dapat obyektif. Hasil penilaiannya diumumkan secara terbuka atau yang lebih baik dibuatkan daftar kemajuan hasil belajar yang ditempel di kelas. Dari daftar kemajuan belajar tersebut setiap peserta didik dapat melihat prestasi mereka masing-masing tahap per tahap.
Jika siswa belum biasa bekerja efektif dalam kelompok, maka guru boleh menetapkan tugas masing-masing anggota kelompok dengan mempertim-bangkan beberapa hal seperti;
Hal penting dari tugas ini adalah belajar bekerjasama. Untuk siswa-siswa yang sudah lebih berpengalaman bekerja dengan cara ini, guru dapat menetapkan tugas dan karakteristik kelompok yang lebih tinggi/ komplek seperti:
Sosok kepribadian guru yang ideal menurut Islam telah ditampakkan pada keguruan Rasullulah Saw. Yang bersumber dari Alquran, tentang kepribadian Rasulullah Saw. Ini, Alquran surat Al-Ahzab (33);21 menegaskan: Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah Saw. Itu suri teladan yang baik bagimu. Sebagai guru penddikan agama Islam, sudah sewajarnya apabila keguruan Rasulullah Saw. Diimplementasikan dalam praktik pembelajaran.
Ada bebarapa perilaku guru yang disarankan untuk diimplementasikan agar pengajaran yang efektif bisa terwujud, dan bisa memancing apersepsi anak didik, perilaku tersebut adalah:
Insya Allah bersambung...........
Peserta didik adalah Sang Anak yang merupakan milik Sang Pencipta dan milik dirinya sendiri, keberhasilannya akan sangat tergantung dari pemanfaatan potensi yang dia miliki. Karenanya keaktifan peserta didik dalam menjalani proses belajar mengajar merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan.
Peserta didik akan aktif dalam kegiatan belajarnya bila ada motivasi, baik itu motivasi ekstrinsik maupun instrinsik. Beberapa hal yang dapat merangsang tumbuhnya motivasi belajar aktif pada diri peserta didik, antara lain :
a. Penampilan guru yang hangat dan menumbuhkan partisipasi positif
Sikap guru tampil hangat, bersemangat, penuh percaya diri dan antusias, serta dimulai dan pola pandang bahwa peserta didik adalah manusia-manusia cerdas berpotensi, merupakan faktor penting yang akan meningkatkan partisipasi aktif peserta didik. Segala bentuk penampilan guru akan membias mewarnai sikap para peserta didiknya. Bila tampilan guru sudah tidak bersemangat maka jangan harap akan tumbuh sikap aktif pada diri peserta didik. Karena itu hendaknya seorang guru dapat selalu menunjukkan keseriusannya terhadap pelaksanaan proses, serta dapat meyakinkan bahwa materi pelajaran serta kegiatan yang dilakukan merupakan hal yang sangat penting bagi peserta didik, sehingga akan tumbuh minat yang kuat pada diri para peserta didik yang bersangkutan.
b. Peserta didik mengetahui maksud dan tujuan pembelajaran
Bila peserta didik telah mengetahui tujuan dari pembelajaran yang sedang mereka ikuti, maka mereka akan terdorong untuk melaksanakan kegiatan tersebut secara aktif. Oleh karena itu pada setiap awal kegiatan guru berkewajiban memberi penjelasan kepada peserta didik tentang apa dan untuk apa materi pelajaran itu harus mereka pelajari serta apa keuntungan yang akan mereka peroleh. Selain itu hendaknya guru tidak lupa untuk mengadakan kesepakatan bersama dengan para peserta didiknya mengenai tata tertib belajar yang berlaku agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif.
c. Tersedia fasilitas, sumber belajar, dan lingkungan yang mendukung
Bila di dalam kegiatan pembelajaran telah tersedia fasilitas dan sumber belajar yang “menarik” dan “cukup” untuk mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar maka hal itu juga akan menumbuhkan semangat belajar peserta didik. Begitu pula halnya dengan faktor situasi dan kondisi lingkungan yang juga penting untuk diperhatikan, jangan sampai faktor itu memperlunak semangat dan keaktifan peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar.
d. Adanya prinsip pengakuan penuh atas pribadi setiap peserta didik
Agar kesadaran akan potensi, eksistensi, dan percaya diri pada diri peserta didik dapat terus tumbuh, maka guru berkewajiban menjaga situasi interaksi agar dapat berlangsung dengan berlandaskan prinsip pengakuan atas pribadi setiap individu. Sehingga kemampuan individu, pendapat atau gagasan, maupun keberadaannya perlu diperhatikan dan dihargai. Dan yang penting lagi guru hendaknya rajin memberikan apresiasi atau pujian bagi para peserta didik, antara lain dengan mengumumkan hasil prestasi, mengajak peserta didik yang lain memberikan selamat atau tepuk tangan, memajang hasil karyanya di kelas atau bentuk penghargaan lainnya.
e. Adanya konsistensi dalam penerapan aturan atau perlakuan oleh guru di dalam proses belajar mengajar.
Perlu diingat bahwa bila terjadi kesalahan dalam hal perlakuan oleh guru di dalam pengelolaan kelas pada waktu yang lalu maka hal itu berpengaruh negatif terhadap kegiatan selanjutnya. Penerapan peraturan yang tidak konsisten, tidak adil, atau kesalahan perlakuan yang lain akan menimbulkan kekecewaan dari para peserta didik, dan hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat keaktifan belajar peserta didik. Karena itu di dalam memberikan sanksi harus sesuai dengan ketentuannya, memberi nilai sesuai kriteria, dan memberi pujian tidak pilih kasih.
f. Adanya pemberian “penguatan” dalam proses belajar-mengajar.
Penguatan adalah pemberian respon dalam interaksi belajar-mengajar baik berupa pujian maupun sanksi. Pemberian penguatan ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan keaktifan belajar dan mencegah berulangnya kesalahan dari peserta didik. Penguatan yang sifatnya positif dapat dilakukan dengan kata-kata; bagus! baik!, betul!, hebat! Namun semua itu tidak disajikan dengan cara berpura-pura tetapi harus tulus dari nurani guru. Dan sebagainya, atau dapat juga dengan gerak; acungan jempol, tepuk tangan, menepuk-nepuk bahu, menjabat tangan dan lain-lain. Ada pula dengan cara memberi hadiah seperti hadiah buku, benda kenangan atau diberi hadiah khusus berupa; boleh pulang duluan atau pemberian perlakuan menyenangkan lainnya.
g. Jenis kegiatan Pembelajaran menarik atau menyenangkan dan menantang
Agar peserta didik dapat tetap aktif dalam mengikuti kegiatan atau melaksanakan tugas pemebelajaran perlu dipilih jenis kegiatan atau tugas yang sifatnya menarik atau menyenangkan bagi peserta didik di samping juga bersifat menantang. Pelaksanaan kegiatan hendaknya bervariasi, tidak selalu harus di dalam kelas, diberikan tugas yang dikerjakan di luar kelas seperti di perpustakaan, dan lain-lain. Penerapan model “belajar sambil bekerja” (learning by doing) sangat dianjurkan, di jenjang sekolah dasar antara lain dilakukan belajar sambil bernyanyi atau belajar sambil bermain. Untuk lebih mengaktifkan peserta didik secara merata dapat diterapkan pemberian tugas pembelajaran secara individu atau kelompok belajar (group learning) yang didukung adanya fasilitas/sumber belajar yang cukup. Sekiranya tersedia dianjurkan penggunaan media pembelajaran sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat lebih efektif.
h. Penilaian hasil belajar dilakukan serius, obyektif, teliti dan terbuka
Penilaian hasil belajar yang tidak serius akan sangat mengecewakan peserta didik, dan hal itu akan memperlemah semangat belajar. Karena itu, agar kegiatan penilaian ini dapat membangun semangat belajar para peserta didik maka hendaknya dilakukan serius, sesuai dengan ketentuannya, jangan sampai terjadi manipulasi, sehingga hasilnya dapat obyektif. Hasil penilaiannya diumumkan secara terbuka atau yang lebih baik dibuatkan daftar kemajuan hasil belajar yang ditempel di kelas. Dari daftar kemajuan belajar tersebut setiap peserta didik dapat melihat prestasi mereka masing-masing tahap per tahap.
Jika siswa belum biasa bekerja efektif dalam kelompok, maka guru boleh menetapkan tugas masing-masing anggota kelompok dengan mempertim-bangkan beberapa hal seperti;
- kelompok itu kecil (dua sampai tiga siswa) dan guru menetapkan anggota kelompok
- tugas itu dapat dilaksanakan dalam waktu yang singkat saja
- tugas itu sederhana
- perintah-perintah jelas dan diberikan selangkah-demi-selangkah
- guru perlu menyediakan sumber belajar
- guru menerangkan dengan jelas peran setiap siswa di dalam kelompok
- penilaian bersifat informal dan guru perlu membahas dan mendiskusikan tugas itu dengan siswa
Hal penting dari tugas ini adalah belajar bekerjasama. Untuk siswa-siswa yang sudah lebih berpengalaman bekerja dengan cara ini, guru dapat menetapkan tugas dan karakteristik kelompok yang lebih tinggi/ komplek seperti:
- kelompok dapat lebih besar dan kadang-kadang siswa boleh memilih siapa anggota kelompoknya
- tugas dapat ditambahkan lebih banyak, tetapi dengan batas waktu yang jelas dan ditetapkan oleh guru
- tugas dapat dibagi dalam bagian-bagian atau merupakan suatu pilihan dari sejumlah pilihan yang ditetapkan guru
- beberapa perintah/instruksi pengerjaan tugas membolehkan siswa untuk memberikan saran, misalnya dalam pendekatan, memilih metode eksperimen, atau memutuskan bentuk produk pekerjaan yang akan mereka hasilkan
- beberapa sumber belajar dapat dipilih oleh siswa
- peran siswa dalam kelompok dapat beragam dan beberapa keputusan tentang peran ini dapat dibuat oleh siswa-siswa
- penilaian dapat dibicarakan dengan siswa melalui diskusi informal dengan kriteria terstruktur formal, serta penilaian individual atau kelompok dapat dilakukan kondisi ini, keterampilan bekerjasama turut dikembangkan. Kalau kemandirian siswa/ kelompok mulai tampak, tugas dapat ditingkatkan menjadi tugas-tugas yang lebih luwes, yang mulai melimpahkan sebagian tugas dan penyelesaiannya kepada siswa/ kelompok. Dengan cara seperti ini, siswa akan terdorong untuk melakukan kegiatan lebih mandiri yang dicirikan dengan beberapa hal antara lain;
- mereka memutuskan jumlah dan anggota kelompok
- tugas dapat tersebar untuk masa yang panjang atau lama melalui siswa-siswa berunding dengan guru membahas jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas
- tugas mungkin rumit, para siswa perlu memilah-milah perincian setepatnya dari beberapa bagian pekerjaan
- sumber belajar dapat meliputi beragam media dan bahan
- peran setiap siswa dalam kelompok ditetapkan secara musyawarah untuk mufakat (konsensus) ( Harlen, W. 1987: 9-12)
Sosok kepribadian guru yang ideal menurut Islam telah ditampakkan pada keguruan Rasullulah Saw. Yang bersumber dari Alquran, tentang kepribadian Rasulullah Saw. Ini, Alquran surat Al-Ahzab (33);21 menegaskan: Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah Saw. Itu suri teladan yang baik bagimu. Sebagai guru penddikan agama Islam, sudah sewajarnya apabila keguruan Rasulullah Saw. Diimplementasikan dalam praktik pembelajaran.
Ada bebarapa perilaku guru yang disarankan untuk diimplementasikan agar pengajaran yang efektif bisa terwujud, dan bisa memancing apersepsi anak didik, perilaku tersebut adalah:
- Menggunakan suatu sistem aturan tertentu dalam menghadapi hal-hal atau prosedur tertentu.
- Mencegah agar perilaku siswa yang salah tidak berketerusan.
- Mengarahkan tindakan dengan disiplin secara tepat.
- Bergerak ke seluruh ruang kelas untuk mengamati siswa.
- Situasi-situasi yang mengganggu diatasi dengan cara-cara yang bijaksana (dengan cara-cara non verbal, isyarat, pesan-pesan, kedekatan, kontak mata, dan lain-lain).
- Memberikan tugas-tugas yang menarik minat siswa, terutama apabila mereka bekerja secara bebas.
- Menggunakan cara yang memungkinkan siswa melaksanakan tugas-tugas belajar dengan arahan seminimal mungkin.
- Memanfaatkan waktu pembelajaran sebaik mungkin dan siswa harus terlibat aktif dan produktif dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran.
- Menggunakan cara-cara tertentu untuk mendapatkan perhatian siswa.
- Tidak memulai berbicara kepada kepada kelas sebelum semua siswa memberikan perhatian.
- Menggunakan suatu system pemeriksaan tugas-tugas.
- Menghubungkan bahan yang diajarkan dengan aktifitas yang harus dilakukan siswa.
- Menggunakan teknik-teknik yang memberikan kemudahan perpindahan secara berangsur dari aktifitas yang konkret ke yang lebih abstrak.
- Menggunakan campuran pertanyaan dari peringkat yang rendah dan tinggi.
- Menyadari apa yang sedang berlangsung di dalam kelas.
- Dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran.
- Menunjukkan sikap memelihara, menerima, dan menghargai anak.
- Memberikan respon yang memadai terhadap makna, perasaan, dan pengalaman peserta didik.
- Mengarahkan pertanyaan kepada banyak siswa yang berbeda-beda, dan bukan hanya kepada siswa tertentu.
- Menggunakan berbagai teknik untuk membantu siswa dalam memperbaiki respons yang keliru atau salah.
- Memberikan penghargaan dan ganjaran untuk memotivasi siswa.
- Menggunakan kritik yang halus dalam mengomunikasikan harapan kepada siswa yang lebih pandai.
- Menerima insiatif siswa yang disampaikan melalui pertanyaan, bahasan, atau saran-saran. (Surya: 1997: 144-115)
0 Response to "Teknik-Teknik Mendapatkan Umpan Balik I"
Post a Comment